mengubah kursor tapi tidak mengubah kursor ketika menyorot link

Jumat, 25 Juli 2014

TRAFFIC LIGHT SANDWICH

Bahan :
2 lembar Keju Kraft Singles
1 lembar roti tawar, pilih yang lebar, potong pinggirannya
1 sdm selai cokelat, untuk olesan dan hiasan2 sdm meises, cokelat tabur
1 sdm margarin
1 sdm susu kental manis putih
2 sdt selai stroberi
2 sdt selai nanas
1 buah ceri hijau, belah menjadi 2


Cara Membuat :
Siapkan Keju Kraft Singles. Potong kotak memanjang ukuran sekitar 3x6 cm. Buat menjadi 4 bagian. 2 bagian keju dilubangi tengahnya dengan ring/tabung spult membentuk 3 bulatan sebagai lampu lalu lintas.
Tumpuk jadi satu potongan keju yang sudah dilubangi dengan potongan keju yang belum dilubangi sehingga ada 2 bagian.
Manfaatkan sisa keju dibuat potongan kecil untuk tiang traffic ligfht. Sisihkan.
Siapkan roti tawar dan taruh di atas piring. Olesi ¼ bagian permukaanya dengan selai cokelat dan sisa permukaannya dengan margarin dan susu kental manis.
Taburkan muisjes untuk olesan selai cokelat dan parutkan keju untuk olesan margarin-susu kental manis. Rapikan.
Pasang 2 potongan Keju Kraft Singles berlubang di atas keju parut. Dan potongan kecil untuk @ tiang penyangganya.
Hias lubang keju sebagai traffic light dengan urutan isian lubang: selai stroberi, selai nanas dan ceri hijau. Beri hiasan garis bingkai dengan selai cokelat. Sajikan.

Untuk: 1 orang

Tips
Gunakan sendok penyodok pizza untuk memudahkan menggeser/memindahkan roti ke piring lain

Jumat, 18 Juli 2014

Mutiara Bir Zeit by Dian Yasmina Fajri (Cerpen)



Malam yang dingin ditingkahi angin gurun yang menderu dari arah Beit El. Di pinggir Desa Bir Zeit berbatasan dengan Beit El, di sebuah rumah kecil yang sebagian temboknya runtuh, nampak lampu minyak yang berkedip-kedip menerangi ruangan tempat dua orang tengah bermunajat dengan khusyuk.
Ketegaran nampak jelas di garis-garis wajah Jiddah Khadijah, nenek berusia lewat enam puluhan. Jari-jarinya bergetar menengadah ke langit. Aliran bening bercucuran dari kedua matanya. Di sampingnya cucu perempuannya ikut terpekur dalam doa yang panjang. Lintasan-lintasan peristiwa duka berkelebat silih berganti.
Suatu pagi yang cerah di perkebunan anggur di Bethlehem, penuh ceria para pegawai perkebunan memanen anggur-anggur yang ranum. Namun, tiba-tiba puluhan truk serdadu Israel memasuki perkebunan dan berteriak-teriak menyuruh mereka pergi.
"Hei, Biadab-biadab, pergi dari tanah ini! Pemerintah Israel memutuskan tempat ini dijadikan perluasan ruang hijau... green oasis!" teriak salah seorang serdadu.
Dengan kasar ia memukuli pegawai-pegawai perkebunan yang terlolong kaget karena kedatangan mereka yang tiba-tiba.
"Palestinian Desert ini akan dijadikan ruang hijau. Hei, orang-orang dungu! Kenapa tak segera pergi dari sini?"
"Kenapa kalian tak pergi ke gurun kalau benar ingin memperluas ruang hijau?" teriak mandor perkebunan.
"Ya, benar. Tempat ini sudah hijau, bukan gurun lagi!" sambung seorang pegawai lain.
"Siapa yang menyuruh kalian menjawab, heh?" Serdadu Israel murka.
Plak...plak...plak...!
Laras senjata langsung menghantam kepala.
Dor...dor...dor...!
Dengan membabi buta tentara-tentara sinting itu menghamburkan pelurunya. Orang-orang di perkebunan segera menyingkir ke balik-balik tembok.
Mendengar ribut-ribut itu, Sayyid Ibrahim keluar dari ruang kerjanya. Tergopoh ia segera mendekati keributan ketika dari jauh dilihatnya beberapa pegawainya bergelimpangan di tanah.
"Cepat pergi dari sini, setan-setan jahanam!" teriak serdadu gila itu sambil membabati pohon-pohon anggur.
"Hei... hei, apa yang kalian lakukan di kebunku? Mana surat izin kalian untuk melakukan perusakan ini?" Sayyid Ibrahim berteriak sambil tergopoh menghampiri.
Seorang serdadu segera mencengkeram leher kemejanya seraya berucap, "Kami tak perlu izin untuk mengambil apa saja milik kalian! Tuhan sudah merelakan kami untuk melakukan apa saja terhadap kalian. Dia menciptakan kalian untuk melayani kami. Paham, hei lelaki jelek!"
"Biadab, lepaskan suamiku!" Tiba-tiba Khadijah berlari dari arah dapur. Saat itu ia tengah mengontrol para koki yang sedang mempersiapkan makan siang untuk para pegawainya.
"Jadi ini suamimu?" Serdadu-serdadu itu tertawa mengejek. "Lihat apa yang kami lakukan terhadap suamimu yang jelek ini!"
Bak...buk...bak...buk...!
Mereka memukuli perut Sayyid Ibrahim.
"Agh...agh, hentikan...agh!" Sayyid Ibrahim tersengal menahan sakit.
Beberapa pegawainya berusaha menolong, tapi tendangan para tentara itu segera mendarat di perut-perut mereka.
"Hentikan, hentikan! Hasan, Shofwan, bantu tuan kalian!"
Khadijah memanggil beberapa pegawainya. Tapi baru saja mereka hendak bergerak menolong, peluru-peluru sudah menghampiri hingga membuat mereka roboh berlumuran darah.
"Muhammad, Masya Allah di mana kalian? Cepat tolong...tolong!" Tubuh tua Sayyid ringsek diinjak-injak sepatu lars serdadu yang menggila.
"Kau lihat, nenek tua. Ini hadiah bagi yang berani melawan!"
Dor...dor...dor...!
Rentetan peluru menghabisi nyawa Sayyid Ibrahim.
"La haula wala quwwata illa billah!" Sayyid masih bisa memekik. Khadijah melolong histeris sambil berusaha memukul serdadu-serdadu itu, tapi beberapa orang pegawainya segera menahannya.
"Sudah, Sayyidah. Cepat kita pergi dari sini!" kata mereka sambil menyeret Khadijah.
"Kami beri waktu satu jam untuk meninggalkan tempat ini!" teriak komandan serdadu laknatullah itu.
Tangis Khadijah pecah, "Mereka membunuh suamiku...mereka membunuh suamiku hu...hu...hu...!"
"Sudahlah, Sayyidah. Cepat pergi dan bergegas sebelum mereka merampas harta kita yang lain!"
Benar saja, beberapa menit kemudian mereka menjarah apa saja barang berharga yang dapat mereka bawa. Emas, uang, barang-barang elektronik. Sementara sebagian serdadu lain sibuk mengumpulkan para wanita muda.
"Ambil yang cantik-cantik saja. Yang buruk-buruk kita ceburkan ke Laut Mati! Hahaha...!"
Teriak histeris bergema dari mulut wanita-wanita perkebunan.
"Jangan sentuh kamarku untuk maksiat!"
Khadijah berteriak tersengat. Namun, rentetan peluru menjawabnya. Beruntung ia masih bisa berkelit ke kamar lain. Lolongan para perempuan yang tak rela kehormatannya direnggut memilukan siapa pun yang masih punya hati nurani. Akan tetapi, orang-orang Yahudi itu malah semakin beringas dan tertawa kegirangan.
Hanya berbekal baju di badan dan beberapa perhiasan yang melekat di lengannya Khadijah meninggalkan semuanya, harta benda dan perkebunan warisan orang tuanya yang telah dirawatnya dengan susah payah. Kini karena rumahnya telah hancur, rata dengan tanah, ia terpaksa tinggal di jalan. Menderita setelah sekian lama hidup dalam kemakmuran. Beruntung masih ada bekas pegawainya yang memberinya tumpangan hidup.
Beberapa saat kemudian datang kabar dari anaknya yang tinggal di Bir Zeit bersama suaminya. Mereka mengajaknya tinggal bersama. Khadijah sangat bersyukur. Ketika ia berangkat dengan utusan anaknya yang ditugasi mengawalnya pergi ke Bir Zeit, terlihat di hampir sepanjang perjalanan tentara Israel tengah membangun pemukiman baru bagi warga Yahudi. Dengan helikopter mereka membawa rumah-rumah yang siap pasang seperti halnya permainan lego, dan dalam hitungan hari saja sudah ratusan rumah berdiri. Kenangan lama pun terbayang dan kebencian terhadap Yahudi semakin menjadi-jadi dalam hati Khadijah.
Seminggu setelah ia bergabung dengan anak-menantunya, musibah menimpa lagi. Tentara Israel mengadakan penggeledahan ke rumah-rumah penduduk untuk menyisir para teroris. Menantu lelakinya yang ketahuan aktif di pergerakan ditembak mati di tempat, sedang anak perempuannya diperkosa di depan cucunya, Durah, yang berusia enam tahun. Sedapat mungkin ia menyembunyikan kepala Durah agar tak menyaksikan kebiadaban itu. Namun, lolongan kepedihan ibunya saat dianiaya dan dibunuh Yahudi telah membuat Durah stres hingga beberapa tahun kemudian.
Sejak saat itu, Khadijah tinggal berdua saja dengan Durah dari satu penampungan ke penampungan lain hingga mereka terdampat di reruntuhan rumah di tepi perkampungan Bir Zeit itu. Sekuat tenaga Khadijah mendidik Durah agar tegar dan tumbuh jadi pribadi yang berakhlak karimah.
***
"Kholi Jabir tadi siang mengabarkan bahwa aku sudah lolos seleksi, Jiddah!" ucap Durah pelan ketika mereka usai bertahajud.
Jiddah Khadijah yang tengah merapikan karpet sajadahnya kaget. "Benarkah? Subhanallah walhamdulillah!"
Serta merta ia memeluk cucunya. Debaran rasa bahagia, takut kehilangan, dan bangga berbaur di hatinya. Kebahagiannya kini lebih dari ketika mendengar kabar Durah diterima di Universitas Bir Zeit dengan ranking pertama. Ini sebuah anugerah besar bagi Durah mengingat begitu sibuknya Durah membantunya menyapu jalan-jalan di perumahan Yahudi atau menjadi buruh pemetik buat di ladang-ladang milik Yahudi. Ternyata cucunya masih lebih membanggakan dari itu semua. Ini sebuah anugerah besar.
"Kita memang selama ini mencari makan dengan menjadi budak musuh sendiri," begitu yang sering Durah ucapkan ketika keletihan sehabis bekerja.
***
Khadijah yakin cucunya pasti bisa mengemban tugas itu. Ia ingat betapa saat itu ia berusaha meyakinkan komandan Brigade Al Aqsa bahwa walaupun belum genap tujuh belas tahun kecerdasan dan keterampilan Durah lebih dari rekan sebayanya. Khadijah juga berusaha meyakinkan Jabir, keponakannya yang aktif di Hamas, untuk merekomendasikan cucunya bagi perjuangan Palestina.
"Tidak berlaku rekomendasi, wahai Khallah Khadijah. Semuanya harus melewati seleksi yang ketat!" jelas Jabir pada bibinya waktu itu.
"Tapi sudah sejak usia sembilan tahun ia bercita-cita syahid! Itu yang ia dengungkan setiap hari," kilah Khadijah.
"Alhamdulillah, banyak yang bercita-cita mulia seperti itu. Dari Bethlehem saja ada dua ratus perempuan yang siap syahid, belum lagi dari Jenin, Ramallah, dan Gaza!" ujar Jabir.
"Kalau begitu biarlah aku ikut seleksi Kholi Jabir!" tiba-tiba Durah ikut bersuara. Rupanya ia ikut mendengar percakapan itu.
"Hanya dibutuhkan orang yang tahan banting dan tahan stres seperti tentara, wahai Durah!"
"Akulah orangnya, Paman. Insya Allah!"
"Tapi nanti siapa yang akan merawat nenekmu?"
"Jangan pikirkan aku!" kilah Khadijah. "Kau tahu, ya Ibnul Akhi, aku sudah kenyang menderita. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Saat ini pun sebenarnya aku ingin bersama cucuku menyongsong syahid!"
"Baiklah, nanti paman akan hubungkan kau dengan unit seleksi kandidat syahid," ujar Jabir pada Durah.
Senyum merekah di wajah Durah si mutiara besar. Wajah yang selama bertahun-tahun selalu serius itu nampak bahagia.
Beruntunglah Durah memiliki dasar-dasar Islam yang kuat hasil didikan neneknya hingga ia bisa lolos seleksi awal. Ada juga orang yang mengamati bagaimana akhlak dan penghayatannya dalam menjalankan syariat Islam sehari-hari dan Durah sangat memuaskan dalam hal tersebut. Selain itu, ia juga melewati seleksi penyamaran, yaitu dengan mendatangi pesta-pesta Yahudi untuk dilihat bagaimana keluwesannya dalam bergaul hingga bisa masuk ke dalam lingkungan Yahudi.
"Jiddah, hari-hari ke depan aku mungkin tak bisa membantumu mengumpulkan sampah-sampah di jalan!" ujar Durah suatu hari.
"Mengapa?"
"Divisi Seleksi Akhir memintaku untuk ikut mendalami agama dan lebih memahami apa arti kesyahidan lewat diskusi-diskusi!"
"Pergilah, Nak. Kau tahu Nenek selalu mendukungmu untuk hidup mulia atau meraih kesyahidan!"
Akhirnya Durah pergi ke tempat yang telah ditentukan. Suatu tempat rahasia yang tak diketahui tentara Yahudi dan mata-matanya. Durah memasuki ruangan yang hanya diterangi lampu minyak dan ia melihat semua anggota Brigade Al Aqsa nampak menyandang senapan kalashnikov.
Di ruangan yang temaram itu sudah hadir beberapa akhwat lain. Mereka tengah menyimak video para syuhada yang telah mendahului mereka.
"Mari kita analisa kelemahan dan kelebihan serangan para syahid ini!" Abu Zam-Zam yang memimpin Divisi Seleksi Akhir memandu diskusi. Ungkapan-ungkapan cerdas keluar dari para perempuan pemberani itu.
"Abu Zam-Zam, bila melihat rekaman video-video ini nampak keberanianlah yang paling dibutuhkan. Lalu mengapa di awal seleksi akhlak juga menentukan kelulusan kami?" Durah bertanya.
"Wahai, Anakku. Bila kita ingin menang dalam berjuang, keimanan harus digembleng sedangkan akhlak adalah buahnya iman. Sebaik-baik orang beriman adalah yang paling baik akhlaknya. Inilah yang mengantarkan kita pada kesuksesan perjuangan."
"Mengapa kita hanya berjuang sendiri, ya Abu Zam-Zam?"
"Tidak, Durah. Jutaan muslimin dari Yordan hingga Indonesia dan bahkan dari seluruh dunia membantu kita lewat doa, dana, dan demo-demo di panas terik. Bahkan bayi dan balita mereka pun ikut berdemo. Satu kilo TNT seharga seratus dolar atau sebuah kalashnikov seharga dua ribu dolar adalah di dalamnya saham mereka untuk membantu kita."
"Mengapa kita belum juga bisa menyelamatkan Palestina, ya Abu Zam-Zam?" seorang akhwat lain bertanya.
"Menyelang Perang Yarmurk Abu Bakar berpesan pada Khalid bin Walid, 'Perangilah musuhmu sepadan dengan penyerangan mereka kepadamu. Pedang dengan pedang, tombak dengan tombak.'" Abu Zam-Zam memulai penjelasannya.
"Tokoh Yahudi Ben Gurion mengatakan, 'Tiap orang Yahudi wajib hijrah ke Israel. Orang Yahudi yang tinggal di luar Israel dianggap menyimpang dari Taurat dan bukan pengikut Yudaisme!'"
"Tank-tank pertama Israel ketika menguasai Semenanjung Sinai ditempeli ayat-ayat Taurat. Ketika mereka menguasai Yerusalem mereka berteriak, 'Hidup Taurat!' Lalu mereka menuju Dinding Ratapan dan membangun kuil Sulaiman. Bila Israel saja menyerang kita atas nama Yahwe, Tuhan orang Yahudi, kita pun berjuang harus atas nama Allah. Motivasi Israel adalah Yudaisme maka motivasi kita haruslah Islam!" Abu Zam-Zam diam sejenak agar pendengarnya meresapi kata-katanya.
"Apakah kalian melihat semangat Islam itu ada pada sebagian orang yang mengaku pejuang Palestina?" tanyanya penuh tekanan.
Anak-anak muda itu terdiam. Terlintas dalam benak mereka slogan-slogan Nasionalisme, Arabisme, dan isme lain mengitari perjuangan merebut Palestina.
"Apakah pesan Abu Bakar untuk sepadan dalam menghadapi musuh ada pada pejuang Palestina?" tandas Abu Zam-Zam lagi. "Kalau mereka menyerang dengan Taurat, kita harus menyerang dengan Al-Qur'an. Kalau mereka menyerang dengan mengibarkan panji-panji Nabi Musa, kita mengibarkan Panji Musa, Isa, dan Muhammad! Kalau mereka menyerang karena membela Haikal Sulaiman, kita berjuang untuk membebaskan Al Aqsa!"
"Allahu Akbar...!" pekik semangat menggelora.
"Tapi, Abu, senjata mereka super canggih!" sela Durah lagi.
"Durah, ketika pasukan muslimin berhadapan dengan Romawi ataupun Persia, persenjataan kita pun tak kalah kunonya. Bukankah mereka berjuang mencari mati syahid sedang lawan mereka berperang mencari hidup? Itulah teror yang ditakuti lawan!" Penuh tekanan Abu Zam-Zam mengatur kata-katanya.
"Maka ingat, kalau Yahudi berteriak pada pasukannya, 'Kalian bangsa pilihan,' teriakkan pula pada pasukan kita, 'Kuntum khaira ummah ukhrijat linnas'"!
"La haula wala quwwata illa billah!" ucap para akhwat itu.
***
Khadijah mengusap air mata bahagia.
"Besok sore aku akan melakukan misi itu. Nenek bisa menjaga rahasia, kan?"
"Kau tahu siapa aku, Cucuku!"
"Setelah kita sahur, aku akan melanjutkan munajat dan mengkhatam Al-Qur'an," ujar Durah riang.
Pada waktu sahur. Baru saja mereka menggigit roti gandum bekas makan semalam, pintu depan digedor dengan ribut. Tak pelak lagi, itu gaya serdadu Israel.
"Teroris-teroris itu pasti bersembunyi di sini. Ayo buka pintu!"
Brak...brak...brak...!
Pintu dijebol.
"Cepat selamatkan dirimu, Durah. Misi muliamu tak boleh terhalang para laknatullah itu!"
Tak membuang waktu, diciumnya tangan neneknya. Tanpa sempat lagi mengucapkan kata perpisahan, ia segera melesat ke jalan-jalan rahasia menuju ke suatu tempat yang tak seorang pun tahu.
Serdadu Israel berhasil mendobrak pintu. Nenek Khadijah berkacak pinggang di depan mereka.
"Mau apa kalian? Tengah malam mendobrak rumah. Tak tahu sopan santun!"
"Diam! Di mana kau sembunyikan teroris itu?"
"Teroris apa? Aku hanya tinggal sendiri!" jawab nenek Khadijah lantang.
Serdadu Israel itu mendorongnya hingga terjungkal. Mereka menggeledah seluruh ruangan hingga ke loteng. Mereka mengambil uang yang mereka temukan dan membuat rumah porak-poranda. Ketika sasaran yang mereka cari tak ketemu, mereka pun meninggalkan tempat itu.
Nenek Khadijah terus saja berdoa untu keselamatan cucunya. Jangan sampai cucu tercintanya tertangkap serdadu Israel.
***
Detik demi detik berjalan lambat. Berkali-kali Nenek Khadijah melihat ke arah jam dinding. Ia pun bolak-balik dari tempatnya bekerja di perkebunan ke sebuah rumah tetangganya yang punya televisi.
"Jiddah Khadijah, ada telepon untukmu!" Pemilik rumah berteriak memanggilnya.
Dengan gugup Nenek Khadijah memegang gagang telepon. Dari seberang terdengar suara Durah lewat telepon genggam.
"Nek, aku ada di Yerusalem, dekat David's Tower. Kami berputar-putar dari jalan Mamilla hingga ke Jaffa Gates. Aku tengah menanti instruksi sasaran, lima belas menit lagi. Doakan aku. Selamat tinggal, Jiddah sayang!" Terdengar suara Durah agak bergetar ketika mengucapkan kata berpisah.
Gelombang perasaan melanda hati nenek tua itu, antara takut, harap, dan bahagia. Ia pun kemudian terpekur di depan televisi menunggu berita.
Berkilo-kilo meter dari Bir Zeit, tak kalah hati Durah gundah. Sepuluh kilo TNT dan lima kilo paku baja siap di rompinya. Ia tak ingin ribuan dolar ini sia-sia.
Sejam kemudian penyiar televisi memberitakan. Seorang remaja putri tujuh belas tahun meledakkan dirinya di pusat pertokoan Jerusalem. Dari televisi, Nenek Khadijah melihat cabikan-cabikan daging dan carikan pakaian yang biasa dipakai cucunya. Diberitakan tiga puluh orang Israel tewas dan seratus orang lainnya luka-luka. Di layar kaca terlihat darah menggenang ke jalan-jalan hingga mengotori dinding.
"Subhanallah...! Subhanallah...! Walhamdulillah!" Ia berteriak-teriak hingga membuat para tetangga berdatangan. "Mahasuci Allah yang telah menakdirkan cucuku menjadi syahidah!"
Dengan cucuran air mata gembira ia kembali ke rumah diiringi ucapan selamat para tetangganya. Ia pun mengundang para tetangganya berpesta.
Di tengah hiruk pikuk bahagia itu, dari ujung gang-gang desa, laras senjata serdadu Israel siap meledak.
Dan perjuangan masih berlanjut.
***
Jatiwarna, 15 Mei 2002.

Daftar Istilah:
- Sayyid(ah) : Tuan/Nyonya
- Khallah : bibi
- Kholi : paman
- Jiddah : nenek
- Ibnul Akhi : keponakan
- Kuntum khairah ummah ukhrijat linnas : kalian umat terbaik yang pernah diturunkan Allah untuk manusia.

MENGAPA ISRAEL MENGINCAR ANAK-ANAK GAZA?




“Saya bersumpah, akan saya bakar setiap anak yang dilahirkan di daerah (Palestina) ini. Perempuan dan anak-anak Palestina lebih berbahaya dibandingkan para pria dewasa, sebab keberadaan anak-anak Palestina menunjukkan bahwa generasi itu akan berlanjut…” [pernyataan Ariel Sharon, PM Israel: 1956]
Agresi militer Israel yang dimulai dari 27 Desember 2008 silam tak pelak lagi memang memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak dan wanita-wanita Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang diketahui, setelah lewat dua minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 900 orang lebih. Total, sekitar di atas 1500 Muslim Gaza meninggal. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka.
Seusai Ramadhan 1429 Hijriah, Khaled Misyal, pemimpin Hamas yang rumahnya sekarang ini kemungkinan dihantam roket juga, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz Al-Qur’an. Anak-anak ini tampaknya yang menjadi sumber ketakutan Zionist Yahudi. Anak-anak ini nanti akan menjadi batu sandungan dikemudian hari. Betapa hebatnya anak-anak Palestina hingga menjadi sosok paling menakutkan untuk Zionist Israel ini.
“Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Al-Quran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang- orang Yahudi. Tidak heran jika anak-anak Palestina menjadi para penghafal Al-Quran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan Al-Qur’an. Tak ada main video-game atau mainan-mainan bagi mereka. Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia.
Pada tahun 2008, sekitar 500 bocah penghafal Quran telah syahid. Namun, di rentang tahun itu
pula, ratusan bayi telah lahir dari rahim wanita- wanita Palestina. Subhanallah…
Menurut seorang relawan asal Indonesia yg datang ke Palestina, mengapa Yahudi mengincar ibu ibu dan anak anak, dikarenakan anak anak inilah kelak calon generasi yg akan menjadi musuh besar Israel. Anak anak Palestina terkenal pintar dan hafal alqur'an. Kenapa Israel begitu takut dengan anak anak Palestina yg hafal Qur'an? Karena dalam Al-Qur’an ada bergudang gudang ilmu yg sudah dipelajari oleh anak anak ini. Ilmu ketuhanan, ilmu pemerintahan, ilmu pengobatan, ilmu kemiliteran, ilmu akhirat, ilmu kejadian masa lalu, dan ilmu tentang kejadian di masa depan.
Subhanallah, betapa Alquran adalah kitab dengan sarang ilmu. Karena itu Israel khawatir dengan anak anak ini, karena sekecil itu mereka sudah menguasai begitu banyak ilmu, bagaimana setelah mereka besar nanti? Tentulah akan jadi sangat berbahaya bagi Israel.
Selain itu, anak anak Palestina begitu pemberani. Mereka tidak takut dengan perang, mereka tidak rapuh saat rumah dan keluarga mereka mati, mereka selalu tersenyum, dan mereka selalu penuh dengan tekad yg kuat untuk belajar. Jika sekecil itu mereka sudah sehebat itu, bagaimana setelah mereka besar?
Lalu mengapa ibu-ibu juga jadi target pembunuhan Israel? Karena Ibu adalah PABRIKnya. Ibulah yg melahirkan anak anak hebat itu, jika tidak ada ibu, tentu tidak akan ada anak anak hebat itu. Sementara ibu-ibu dipalestina kebanyakan melahirkan anak kembar dan ada ratusan bayi yg dilahirkan para ibu setiap harinya. Bayangkan, betapa takutnya bangsa Israel..

Minggu, 06 Juli 2014

10 Tips Melupakan Mantan Pacar (Move On)


Membahas tentang melupakan mantan kekasih memang menjadi suatu topik yang hampir tidak berujung. Selalu ada berbagai hal atau kondisi yang kembali membuat seseorang terjebak dalam kehidupan asmara lalu yang pernah dijalaninya dengan sang mantan.
Hubungan asmara yang lama terjalin, banyaknya kenangan indah saat bersamanya, hingga keluarga sudah sangat mendukung hubungan asmara Anda dan si dia tentu menjadi beberapa hal yang kembali membuat Anda semakin larut dalam perasaan dilema. Sehingga kondisi akan menjadi suatu kondisi sulit yang tentu harus siap Anda hadapi.
Langkah move on seringkali menjadi alternatif utama kaum wanita untuk menghapus perasaan cinta dan melupakan mantan kekasih. Namun bukan hal yang tidak mungkin pula meskipun telah memiliki kekasih dan menjalani kehidupan asmara yang baru bersamanya dapat menjadi jaminan seseorang untuk benar-benar dapat melupakan sosok sang mantan yang seringkali masih membekas dan menghantui pikiran seseorang.
Oleh karena itu, saat Anda sulit untuk melupakan mantan meski Anda telah memiliki kekasih, terdapat beberapa tips yang diharapkan dapat membantu Anda untuk melupakannya meskipun Anda masih menaruh perasaan cinta yang besar padanya.

Ini dia tips melupakan mantan kekasih walaupun Anda masih mencintainya, antara lain :

1. Turunkan dari posisinya
Umumnya, pasangan akan menaruh kekasihnya di titik tinggi. Tak sedikit yang menempatkan pasangannya di puncak prioritas, bahkan mengidolakan. Jadi, jika Anda sudah siap untuk meninggalkan si mantan, salah satu cara untuk melupakan si dia adalah dengan berhenti mengidolakannya. Berhenti menatap fotonya lamat-lamat, jangan secepat kilat menjawab atau mengangkat teleponnya. Samakan ringtone dari nomornya dengan ringtone umum di ponsel Anda. Terlebih lagi, jangan membuatnya menjadi orang paling spesial dengan mengutamakan kebutuhannya.
2. Tutup
Penting untuk akhirnya mencari “penutupan” dari hubungan Anda berdua. Jika Anda tak bisa menemukan kata-kata “penutupan” itu, tanyakan padanya inti permasalahan yang membuat hubungan itu harus berakhir. Minta ia untuk membuat keadaan lebih jelas. Ia harus bisa mengungkapkan, “Saya enggak pernah benar-benar mencintai kamu,” atau, “Saya sekarang sudah tidak ada rasa dengan kamu,” atau, “Kita enggak akan pernah balikan lagi.” Kata-kata “penutupan” ini dibutuhkan orang yang tadinya tidak bisa menerima keputusan ini untuk bisa melanjutkan hidupnya.
3. Tidak menghubunginya lagi
Setelah mencapai ujung hubungan, Anda dan dia harus berhenti saling menghubungi. Jangan mencoba mencarinya saat keadaan sedang sulit atau butuh teman. Jangan mengirimnya email, jangan pula melakukan tindakan-tindakan untuk membuatnya merasa diingini lagi. Ia akan mencari Anda jika ia memang benar-benar membutuhkan Anda. Jika Anda sudah berusaha mendapatkannya kembali dan ia tidak membalas dengan upaya untuk kembali kepada Anda, itu adalah tanda yang jelas: Anda harus terus maju.
4. Pelampiasan
Pelampiasan bukan berarti hal buruk. Pelampiasan yang bisa Anda lakukan untuk kebaikan diri Anda adalah dengan menuliskan apa yang Anda rasakan, pikiran negatif Anda, dan rasa sedih yang Anda rasa ke atas kertas. Lalu, setelah semua tertuang, bakar kertas itu. Jangan mengirimkan kertas itu ke dia, karena Anda hanya akan menyesal. Ia mungkin akan menunjukkannya ke kekasih baru atau teman dekatnya, dan mereka bisa saja menertawakan surat Anda itu.
5. Hindari teman-teman dan tempat nongkrongnya
Jangan mendekati teritorinya. Anda tidak akan diterima dengan seramah dulu. Carilah tempat nongkrong baru untuk beberapa bulan ke depan, dan kalau perlu, cari teman-teman baru. Jika ada teman-teman Anda yang masih menghubungi si mantan, kalau perlu hindari mereka juga untuk sementara. Setelah beberapa waktu, hati Anda pun mulai tenang, barulah kembali jalani kehidupan Anda seperti dulu, dan ini berarti berkoneksi dengan teman-teman lama.
6. Buang segala hal yang mengingatkan Anda akan dirinya
Tak perlu membakar segala hal yang berhubungan dengan dia, tetapi hal-hal yang mengingatkan akan dirinya, seperti foto, hadiah, baju, surat, dan email yang berhubungan dengannya perlu segera dijauhkan, setidaknya bersih dari jarak pandang Anda. Intinya, singkirkan segala yang mengingatkan Anda akan dia sesegera mungkin
7. Jangan meminta barang Anda kembali
Jika barang itu bukan hal yang sangat-sangat berharga tinggi, seperti cincin berlian atau sejenisnya, sebaiknya tak usah meminta barang-barang itu kembali. DVD lama, baju Anda, apa pun itu, biarkan sajalah. Jika barang itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang Anda alami ketika melihatnya, biarkan saja. Jangan tukar harga diri Anda dengan barang-barang seperti itu.
8. Nongkrong dengan sahabat Anda
Sejak Anda berpacaran dengan dia, kemungkinan terbesar Anda jadi jarang nongkrong bareng teman-teman, kan? Nah, sekarang saatnya bersenang-senang dengan teman-teman.
9. Melatih kebebasan
Saat masih bersama si dia, bisa jadi ada banyak aturan yang perlu dijalani. Patokan-patokan yang harus disepakati bersama, atau mungkin sepihak dan harus Anda turuti. Sekarang, saat Anda sendiri, banyak hal dan waktu yang bisa Anda gunakan untuk diri sendiri. Mau travelling ke tempat-tempat yang ia tak suka tapi Anda sukai? Silakan! Pergi spa? Boleh. Tidur sampai siang di akhir pekan? Bisa. Hm, lebih baik lagi jika Anda melakukan kegiatan akhir minggu yang biasa Anda gunakan bersamanya untuk menambah kepercayaan diri, seperti berlatih kick boxing atau Pilates. Hingga saat Anda bertemu dia lagi, Anda sudah memiliki tubuh yang indah dan membuat dia menyesal. Plus, latihan fisik bisa melepaskan marah dan melepaskan stres.
10. Ingat hal-hal buruk
Jika Anda merasa sendu dan kenangan-kenangan lama itu datang, alihkan ke hal-hal buruk, seperti saat-saat kalian bertengkar. Ingat betapa menyebalkannya ia membuat Anda harus menunggu di halte pinggir jalan berjam-jam atau saat ia tak mau mengalah saat memilih tempat kencan, dan lainnya.

Sumber : http://orb.web.id

Sheila on 7 - Mudah Saja (Lyrics)

 Band : Sheila on 7
Judul : Mudah Saja 
Album : Menentukan Arah
Label : Sony BMG
Tahun : 2008

Tuhan  
Aku berjalan menyusuri malam 
Setelah patah hatiku
Aku berdoa semoga saja 
Ini terbaik untuknya...

Dia bilang 
Kau harus bisa seperti aku 
Yang sudah biarlah sudah...
 
Mudah saja bagimu 
Mudah saja untukmu 
Andai saja.. 
Cintamu seperti cintaku...
 
Selang waktu berjalan kau kembali datang 
Tanyakan keadaanku
 
Ku bilang 
Kau tak berhak tanyakan hidupku 
Membuatku semakin terluka...
 
Mudah saja bagimu 
Mudah saja untukmu 
Coba saja...
Lukamu seperti lukaku...
 
Kau tak berhak tanyakan keadaanku 
Kau tak berhak tanyakan keadaanku...

Mudah saja bagimu 
Mudah saja untukmu 
Andai saja...
Cintamu seperti cintaku...

Mudah saja...