mengubah kursor tapi tidak mengubah kursor ketika menyorot link

Senin, 06 Mei 2013

Kalau Bulan dan Bintang Bertanya (Cerpen)

RALAT : Cerpen ini sebenarnya karangan Muktiar Selawati. Cerpen ini malah pernah dimuat di Aneka Yess! beberapa tahun lalu. Beliau sendiri yang memberitahu saya melalui Instagram. Mohon maaf atas kesalahan saya selama ini ya Mbak. Makasih sudah diberitahu :)


Kalau Bulan dan Bintang Bertanya
Muktiar Selawati

“Pernahkah kau bertanya pada bulan dan bintang tentang siapa orang yang kau cinta? Orang yang mampu buatmu bahagia bila kau berada di dekatnya. Atau pernahkah kau bertanya pada bulan dan bintang di mana orang yang mampu membuatmu bertahan menerima seribu kesengsaraan untuk meraih cinta sejatinya?” tulis Teguh pada selembar kertas.
“Kalimat yang kamu buat itu bagus banget, Guh!” puji Tiara sungguh-sungguh.
Teguh hanya tersenyum simpul. Dibawah tulisan itu ia membubuhkan tanda tangannya di sebelah kanan. Setelah selesai ia berikan selembar kertas itu kepada Tiara.
Kemudian Tiara melakukan apa yang dilakukan Teguh. Ia membubuhkan tanda tangannya di sebelah tanda tangan Teguh. Setelah selesai Tiara melipatnya dan menyimpannya ke dalam sebuah kotak kecil. Mereka berjanji akan membukanya saat sudah menemukan tambatan hati mereka masing-masing.
“Hubungan kamu dengan Tanti bagaimana?” tanya Tiara tiba-tiba.
“Sejauh ini masih baik. Kami tiap hari ketemu. Nge-date. Ya biasalah kalau orang lagi pacaran.” jawab Teguh lugas. Tiara hanya memperhatikan.
“Kamu sendiri bagaimana dengan Arjunamu? Kapan akan kau kenalkan padaku?”
Tiara tersenyum tipis mendengar ucapan Teguh.
“Oke. Aku pulang dulu ya.” pamit Teguh kemudian.
Tiara melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan ke angka 9. Ternyata memang sudah malam. Teguh melompati tembok yang menjadi penghalang antara rumahnya dengan rumah Tiara.
Tiara akan memasuki rumahnya ketika tiba-tiba saja Teguh memanggil namanya.
“Apa lagi?” Tiara melotot.
Teguh menunjuk ke atas. Tiara mengernyitkan dahinya tak mengerti.
“Kau lihat bulan ke atas sana?” tanya Teguh.
Tiara menatap ke arah angkasa. Bulan memang sedang bulat sekali. Pancaran sinarnya pun begitu indah dipandang.
“Kau tahu? Kau lebih cantik dari bulan itu.” puji Teguh.
Setelah itu Ia melesat pergi begitu saja meninggalkan Tiara yang tersipu malu.
“Dasar Teguh. Senang sekali dia menggoda.”

***

“Ayolah, Ra. Bantu aku mengerjakan PR Kimia ini.” rajuk Teguh penuh harap.
Tiara mencibir. “Aku akan membantumu tapi harus ada imbalannya.” Tiara membuat penawaran.
Teguh terlihat mengernyitkan dahinya tanda sedang berfikir.
“Oke aku sanggup.” ujar Teguh tanpa bertanya imbalan apa yang diminta.
 Tiara tersenyum penuh kemenangan “Gendong aku…”
Mata Teguh membelalak mendengar permintaan yang dilontarkan Tiara. ”Cewek ini sembarangan sekali.” ujarnya dalam hati.
“Oke. Sini.”
Teguh membungkukkan badannya. Tanpa rasa ragu Tiara melompat ke punggungnya Teguh dengan tawanya yang khas. Mereka berdua tidak menyadari sesosok tubuh berdiri di depan pintu. Teguh yang pertama kali melihat langsung berhenti tawanya. Demikian juga Tiara. Ia langsung turun dari punggung Teguh.
“Eh Syaif. Kok kamu gak bilang kalau mau ke sini? Masuk deh.” Tiara menghampiri cowok itu dan menggandengnya.
“Guh, kenalin ini cowokku.” ujar Tiara
Teguh mengulurkan tangannya ke arah cowok itu. “Teguh Prasetyo” ujarnya memperkenalkan diri.
“Syaifudin Cipto Adi.” balas Syaif.
                Mereka terdiam beberapa saat. Tiara masuk ke dalam.
                “Kamu satu sekolah sama Tiara ya?” Teguh membuka pembicraan ketika Tiara masuk ke dalam.
                “Kami satu kelas.” jawab Syaif singkat.
                Tak berapa lama kemudian Tiara sudah dating membawa tiga minuman.
                “Aku pulang dulu deh, Ra.” pamit Teguh tiba-tiba.
                Begitu Teguh sudah tak kelihatan lagi, Syaif menyelidik, “Siapa sih dia?”
                “Kamu kok tanyanya sewot begitu? Kamu cemburu ya?” Tiara menggoda.
                “Kalau iya kenapa?” nada suara ketus yang keluar dari bibir Syaif.
                “Jangan khawatir. Teguh itu sahabatku. Tuh rumahnya di sebelah.” ucap Tiara menerangkan.
                Syaif terlihat cemburu.

***

                Siang itu pas jam bubaran sekolah…
                “Kamu kenapa sih, Syaif? Bawannya curiga melulu sama Teguh? Apakah kamu masih tak percaya juga dengan semua yang telah kujelaskan padamu?” tanya Tiara heran.
                Syaif hanya mengatupkan rahangnya menahan emosi yang siap meledak.
                “Memangnya enak tiap hari nge-date Teguh selalu ada di antara kita kayak menganggu acara kita? Bikin bete tau gak!” suara Syaif semakin meninggi.
                Tiara tersenyum kecut. “Cuma masalah sepele seperti itu…”
                “Kamu bilang sepele tapi bukan untukku! Tiara, buka matamu! Teguh itu selalu mengganggu acara kita! Dia seperti tak rela tiap kali kita bersama!”
                “Lalu sekarang aku harus bagaimana? Menjauhi Teguh?”
                “Kalau perlu.” jawab Syaif sinis.
                “Syaif…”
                Tiara menatap Syaif penuh rasa kecewa. Kenapa cowok itu belum mengerti juga akan persahabatannya dengan Teguh?
                Syaif menghela nafas pendek.
                “Atau kita putus?” celetuk Syaif membuat Tiara semakin terkejut.
                Ia seperti mendapat pukulan di kepalanya mendengar kata-kata yang terlontar dari bibir Syaif. Gampang sekali Syaif member tawaran itu. Seakan apa yang telah mereka lalui selama 6 bulan ini tiada artinya sama sekali.
                Tanpa menunggu jawaban Tiara, Syaif melangkahkan kakinya meninggalkan Tiara dalam ketermenungannya.
“Sempit sekali jalan fikiran cowok yang terkasih itu.” batin Tiara dalam hatinya. “Apakah itu hanya sebuah alasan yang dicari-cari oleh Syaif?”

***

Tanti hanya menundukkan kepalanya. Tangannya saling meremas gelisah mendengar apa yang baru saja dilontarkan oleh Teguh.
“Maafkan aku, Tanti. Tapi aku tak bisa lagi mempertahankan hubungan kita.” ujar Teguh.
“Katakan saja satu kesalahanku, Guh. Maka aku akan melepaskanmu dengan rela.”
Tanti menahan kristal bening yang terasa mengganjal di sudut matanya. Tapi sekuat apapun Ia mencoba bertahan air mata itu bobol juga. Air matanya bercucuran membasahi pipinya.
“Kau tidak pernah melakukan kesalahan walaupun hanya sekali. Kau cukup sempurna di mata ku.”
“Lalu apa ada yang lain?”
Getar suara Tanti semakin terdengar jelas. Membuat Teguh semakin merasa bersalah.
“Aku tak mau menyakiti perasaanmu. Aku tak ingin terus membohongimu dengan terus bersamaku sementara benak hatiku tertambat pada yang lain.” desah Teguh namun cukup terdengar jelas di telinga Tanti.
“Apakah dia Tiara?” tanya Tanti perlahan.
Teguh mengangkat wajahnya dan menatap gadis yang kini ada di sampingnya dengan mata berkabut. Tanpa Teguh menjawab Tanti sudah menemukan jawaban pada sinar mata Teguh.
“Aku takkan pernah mengekangmu. Kau bebas pada pilihanmu.” Tanti mencoba bijak.
Teguh meraih jemari Tanti dalam genggamannya.
“Thanks, Tanti. Kau memang baik. Kuharap kita masih bisa bersahabat”
Tanti menganggukkan kepalanya perlahan walaupun terasa nyeri di ulu hatinya.

***
“Hei… Tumben kamu melamun?”
Teguh mengagetkan Tiara. Tanpa persetujuan cewek itu Teguh duduk di sampingnya
“Syaif gak kemari?”
Tiara menggeleng lemah. “Kami sudah putus tadi siang.” ucap Tiara lemah.
Ada secercah kebahagiaan di hati Teguh mendengar kalimat itu. Pantaskah Ia bahagia atas duka yang kini dialami Tiara?
“Kamu sendiri? Masih asyik dengan Tantimu?” Tiara balik bertanya.
Teguh menggeleng. “Kami juga baru putus tadi siang.”
Ganti Tiara yang terkejut. “Kalian…”
“Aku tak bisa terus bersamanya sementara hatiku tertambat padamu. Jujur aku hanya mencintaimu.” ucap Teguh cepat.
Tiara tercengang. Teguh mencintainya? Jadi kecurigaan Syaif benar adanya kalau persahabatan yang ditawar Teguh padanya tidak tulus. Tiara memang menutup mata selama ini dengan kebaikan dan perhatian Teguh padanya.
“Kau tau Teguh? Aku sangat membencimu!” ucap Tiara ketus.
Tanpa memperdulikan Teguh dia segera masuk ke rumah.

***

Setelah malam itu Teguh tidak menampakkan diri sama sekali. Biasanya tiap berangkat sekolah cowok itu selalu nongol di tembok pembatas. Sekedar say hello. Entah mengapa Tiara merasakan rindu dengan canda Teguh. Cowok itu selalu menghibur bila Tiara merasa sedih. Cowok itu mampu membuatnya tersenyum. Ia sudah terbiasa dengan kehadiran cowok itu dan kesepian kini terasa melanda. Cintakah dirinya pada Teguh?
“Tiara!”
Sebuah suara mengagetkannya. Sosok tegap Teguh telah berada di depannya.
“Teguh… Aku tak pernah membencimu...”
“Aku tau,” ucap Teguh dengan senyum nakalnya.
“Kalau bulan dan bintang bertanya padamu siapa orang yang kau cintai, kau akan jawab apa?” tanya Teguh tiba-tiba.
Itu adalah kalimat yang ditulis Teguh 2 bulan yang lalu.
“Kau sendiri?” Tiara balik bertanya.
Teguh terlihat berfikir. Matanya berbinar indah.
“Aku akan bilang pada bulan dan bintang kalau aku mencintaimu.” jawab Teguh sambil menatap Tiara.
“Aku pun akan bilang hal yang sama pada bulan dan bintang.” balas Tiara sambil tersenyum.
Keduanya tertawa bahagia. 

3 komentar:

hammer of thor mengatakan...

terimakasih gan atas infonya

obat forex mengatakan...

terimakasih gan atas infonya

Muktiar Selawati Sardi mengatakan...

Mohon maaf ini adalah cerpen karya saya yang dimuat di majalah aneka yess, berrarti teman anda plagiat